Dari Limbah Gergaji Menjadi Karya yang Bernilai Seni
Sampah serbuk gergaji sering kali dipandang sebelah mata dan hanya dijadikan sebagai limbah yang tidak memiliki nilai jual. Sekolah memandang bahwa di lingkungan sekitar sekolah dan lingkungan tempat tinggal siswa yang banyak terdapat tukang gergaji dan pengrajin kayu. Lantas sekolah merasa perlu untuk membuat inovasi dalam memanfaatkan limbah ini.
Untuk itu sekolah mengadakan pelatihan pemanfaatan
serbuk gergaji untuk membuat hiasan dinding yang memiliki nilai jual. Hal ini
juga sebagai aksi nyata pengolahan limbah pada Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila atau P5 untuk kelas VII pada proyek pertama.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari
rabu dan kamis, (20-21/09/2023), bertempat di laboratorium IPA dan halaman
sekolah. Dalam kegiatan ini kami mengundang narasumber pengrajin dari daerah
sekitar sekolah bapak Muh. Lukni Maulana, S.H.I. Beliau adalah seniman dan
pengrajin yang memanfaatkan limbah/ barang yang kemudian dibuat menjadi
kerajinan yang memiliki nilai jual dan seni.
Awal kegiatan narasumber menyampaikan
teknik dan cara pembuatan lukisan dari serbuk gergaji, setelah itu peserta
didik mulai melakukan praktek dengan mencampurkan bahan-bahan yang sudah di
sampaikan oleh narasumber dan menempelkannya di atas media kayu/triplek yang sudah di sketsa /digambar terlebih
dahulu.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan lukisan tersebut diantaranya adalah: triplek, lem kayu, cat
kayu/tembok, kuas, serbuk gergaji, pensil/spidol, air, semen putih, dus bekas,
cangkang telur, batok, dan kerang.
Adapun langkah-langkahnya adalah: pertama
membuat pola pada triplek yang sudah disiapkan. Kedua memilih serbuk
kayu yang halus kemudian tuangkan dalam wadah/ember bekas cat, kemudian
ditambah dengan air, lem kayu, dan semen putih. Semua bahan tersebut kemudian
diaduk sampai merata dan kalis. Setelah kalis segera tembel bahan tersebut ke
dalam pola yang sudah dibuat.
Ketiga, setelah
semua pola sudah tertempel bahan tersebut, kemudian tunggu hingga mengering
(dijemur pada sinar matahari langsung kurang lebih 3 jam). Setelah mengering
kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Untuk proses pewarnaan disesuaikan
dengan pola yang sudah dibuat dan mendukung unsur utama dalam karya ini.
Setelah kering kemudian tinggal finishing dan membuat bingkai. Bingkai yang
kami buat ada yang berasal dari limbah kardus bekas, kerang, cangkang telur,
dan batok yang sudah dikeringkan.
Nesih salah seorang siswa kelas VII yang
mengikuti kegiatan ini merasa senang, mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.
Menurutnya kesulitan dalam kegiatan ini ketika menempelkan dan menyesuaikan
dengan sketsa awal gambar, teknik pewarnaan dan mencampur warna perlu latihan
dan pengalaman.
“Secara umum kegiatan selama 2 hari ini
berjalan dengan tertib dan lancar. Ke depan saya ingin menerapkan ilmu dan keterampilan
ini untuk membuat karya lain dan kemudian dipajang di rumah atau dijual.”
tambahrnya.
Nokman Riyanto, M.Pd. selaku Kepala sekolah berpesan sebagai generasi muda harus kreatif memanfaatkan peluang contohnya mengolah limbah menjadi barang yang memiliki nilai jual dan memiliki nilai seni.
“Salah satu upaya kita dalam kegiatan P5
ini adalah bagaimana membentuk karakter peserta didik untuk kreatif dan
inovatif dalam mencari peluang-peluang agar ke depan mereka akan lebih survive
di lingkungan masyarakat” Tambahnya. (Reportase: Darsono, Suci Purwani)
Posting Komentar untuk "Dari Limbah Gergaji Menjadi Karya yang Bernilai Seni"